Merangkul Ketidakpastian dan Interpretasi Pemandangan Alam


Herisman Tojes, Studio, 6 Panel variabel sizes, acrylic, 2023. (Foto Muharyadi)

Oleh MUHARYADI

Mengakhiri tahun 2023, Forum Perjuangan Seniman-Sumatera Barat (FPS_SB) bekerja sama dengan Taman Budaya Sumbar menggelar sejumlah kegiatan seni, satu di antaranya berupa pameran seni rupa mengikutsertakan beberapa perupa Sumatera Barat di galeri Taman Budaya, Jalan Diponegoro 31 Padang sejak 26 - 31 Desember 2023 menampilkan puluhan karya dalam berbagai format berupa; lukisan, patung kayu dan fotografi.

Merujuk tema pameran, tidak serta merta karya yang tampil dapat dikaitkan dengan tema yang diusung sebagaimana terpajang di pintu gerbang ruang pameran galeri, yakni mengusung tema “Ekspresi Sumbang”.

Tema besar ini lebih bermuatan perjuangan seniman melalui Forum Perjuangan Seniman-Sumatera Barat yang terus bergulir dalam beberapa bulan terakhir yang tak bisa dikaitkan dengan karya yang tampil secara visual.

Namun, berkarya seni rupa bagi perupa yang berpameran tentu bukan hanya sebatas menuangkan ide/imajinasi ke permukaan, tanpa menyentuh substansi konsep dan makna secara utuh. Konsep bisa ditelisik dari persoalan kakikat dan aspek-aspek lain di dalamnya. Makna merupakan representasi yang ditawarkan kepada penikmat hingga karya komunikatif dengan penikmatnya. Semangat menjelajahi beragam kreativitas baik dari aspek fisik dan psikologi muncul dari sejumlah karya yang tampak.

 

 

 Yossi Hilda Parera, Kucing & Bunga, 40 x 30 cm, Acrylic, 2023. (Foto Muharyadi)


Bukan Sekedar Goresan Tanpa Makna

 

Menyaksikan satu per satu karya ditinjau dari aspek fisik dan psikologi, tak mudah mengamati secara kasat mata. Karena terdapat pengabstraksian bentuk yang sulit diamati dengan mata telanjang.

 

Di balik semua itu, karya-karya serupa juga sekaligus mengajarkan kita tentang keindahan yang terkandung dalam keanekaragaman abstraksi visual. Karena seniman memiliki pandangan dan pengalaman yang unik, sebagaimana terdapat dalam lukisan abstrak yang mendominasi ruang pameran.

 

Meresapi lukisan abstrak, sebenarnya turut memperkaya pandangan dan pengalaman pengunjung dengan mempelajari perspektif seniman. Apalagi saat ini di dunia seni lukis kecendrungan abstrak merupakan genre seni yang kerap mengundang kontroversi.

 

Banyak orang menyebut,lukisan abstrak tidak memiliki makna atau pesan yang jelas, sementara yang lain melihatnya sebagai sebuah bentuk ekspresi yang dapat memberikan pengalaman estetis yang mendalam. Di balik keberagaman pandangan ini, terdapat makna filosofis yang dapat diselami.

 

 

 John Hardi, Tanpa Judul, 100 x 60 cm, mixed media, 2023. (Foto Muharyadi)

 

Tetapi lukisan abstrak sebenarnya bukanlah sekadar goresan-goresan acak tanpa makna. Sebaliknya, lukisan abstrak yang pernah dibuat pesohornya di mana pun lazim mengandung makna atau pesan berasal dari pengalaman pribadi penciptanya. Bentuk dan warna lukisan abstrak tidak mewakili objek sebagaimana dunia nyata dengan pesan atau makna muncul dalam bentuk abstrak yang sulit dipahami secara langsung.

Kita amati misalnya lukisan John Hardi, Tanpa Judul, 100 x 60 cm, mixed media, 2023, karya Jon Wahid, Zona Sumbang,100 x 60 cm Mixed media, 2023 yang menampilkan banyak karya di antara peserta pameran, lalu karya Irwanto, Bercak Merah 120 x 120 cm, Mixed media, 2023 dan karya lama Ahmad S dibuat tahun 1994 silam, Semut Merah, 120 x 100 cm, acrylic.

Meski karya yang diciptakan dapat saja mengangkat, membawa, mengolah dan mencerminkan seperangkat nilai-nilai kebudayaan terhadap nilai-nilai yang ada, maupun sikapnya terhadap pergeseran nilai-nilai karena munculnya nilai-nilai baru yang mulai hidup dan berkembang, memberi warna tersendiri, berisikan pesan kultural. 

 

Jon Wahid, Zona Sumbang, 100 x 60 cm, mixed media, 2023. (Foto Muharyadi)

 

Kita juga dapat menemukan inspirasi untuk menjelajahi ketidakpastian dalam hidup. Dalam dunia yang kompleks dan berubah-ubah, kita tidak selalu dapat memahami atau mengendalikan segala sesuatu. Namun, seniman yang menciptakan seni lukis abstrak, dapat memilih untuk merangkul ketidakpastian dan mengubahnya menjadi sebuah pengalaman yang mendalam dan bermakna.

Dua lukisan Herisman Tojes, Studio, 6 panel variable sizes, acrylic, dan Tgl 13 #2 50 x 100 cm Acrylic 2023 terlihat menyuguhkan kekuatan garis, bentuk dan warna sebagai konsep tutur subjektif sebagai kekuatan karya-karyanya selama ini. Karyanya yang bebas berdasarkan konteks, fungsi dan isinya terhadap elemen formal serta efek estetika muncul guna membuka kreasi harmoni guna menggali kedalaman baru karya-karya yang pernah lahir di tangannya sebagaimana ada pada jampir setiap karyanya yang muncul kepermukaan.

Representasi Pemandangan Alam dan Karya Tiga Dimensi

 

Dari mayoritas karya yang tampil terdapat sejumlah lukisan pemandangan alam yang selama ini kerap menjadi bagian penting dunia seni lukis. Selain menarik untuk diinterpretasikan perupanya lukisan pemandangan alam lebih cepat dipahami berisikan pemandangan alam pegunungan, pedesaan, pemandangan sawah dan hutan yang terhampar luas.

Lukisan pemandangan alam tersebut di antaranya karya Dedi Purwanto, Lubuak Hitam, 100 x 120 cm, Acrylic, 2023,  dua karya Guswirman, Desaku,100 x 120 cm, Acrylic dan Cerah 140 x 250 cm, acrylic keduanya dibuat tahun 2023 kemudian lukisan Zaref Lina, Tanah Sirah Solok, 80 x 105 cm, acrylic, 2023 menyuguhkan interpretasi tentang keindahan pemandangan alam melalui warna-warna yang menyatu dalam kanvas.

 

Sebagaimana lazimnya isi alam seperti gunung, pohonan, sungai, dan obyek obyek menarik lainnya menjadi inspirasi bagi ketiga perupa untuk merepresentasikannya dengan pengambilan obyek, mungkin saja langsung di lokasi pemandangan dikerjakan atau karya imajinatif membayangkan sudut pemandangan alam dengan proses yang berbeda-beda.

 

Trikora, Misteri Marapi 1, 80 x 90 cm, acrylic, 2023.

Keindahan alam sejak lama tidak pernah habis untuk direfresentasikan kepermukaan dengan berbagai interpretasi tentang keindahan alam. Melalui interpretasi seniman pada lukisan pemandangan tersebut, masyarakat menyadari akan pentingnya kelestarian alam dan keindahan alam untuk dijaga dan dilestarikan untuk generasi berikutnya.

Perupa Trikora Irianto dengan luapan semangatnya yang berkobar-kobar menampilkan peristiwa dahsyatnya erupsi gunung Marapi di Sumatera Barat beberapa waktu belakangan melalui dua lukisannya berjudul Misteri Marapi I, 80 x 90 cm, dan  Misteri Marapi II 80 x 100 cm, acrylic keduanya dibuat tahun 2023.

 

Peristiwa gambaran lukisan erupsi gunung Marapi di tanah air sejak lama menjadi obyek menarik para perupa untuk mengungkapkan kepada publik. Trikora Irianto mengentengahkannya melalui rekaman peristiwa visual melalui lukisan dengan kondisi kekiniannya sebagai catatan penting tentang peristiwa alam.

 

Sejumlah perupa lain seperti Yosi Hilda Farera dan Yuliana dengan kecendrungandekoratif yang digelutinya sejak lama turut memperkaya suasana pameran. Juga lukisan berformat kecil tiga panel karya Fitra Jaya Nusananta serta empat karya patung Tomi Junaidi berbahan kayu makin menarik untuk ditelusuri lebih jauh dan lebih dalam. ( MUHARYADI, Seniman, kurator dan jurnalis tinggal di Padang).

 

 

 

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال