Setelah 40 Tahun Berkarya, Museum Tari Ery Mefri Diresmikan

Peresmian Museum Tari Ery Mefri. (Foto Isa Kurniawan)

PADANG, AjarDetik.com – Sumatera Barat memiliki Museum Tari, menyusul diresmikannya Museum Tari Ery efri, Rabu (1/10/2023) di kompleks Ladang Tari Nan Jombang, di Balai Baru, Kota Padang, Provinsi Sumatera Barat.

Menurut Pemimpin Redaksi harian Singgalang, Khairul Jasmi, saat memberikan sambutan, tidak banyak museum tari di Indonesia, dan keberadaan Museum Tari Ery Mefri ini tentu sangat berarti bagi Ranah Minangkabau, Sumatera Barat. Karena akar tari Ery Mefri adalah budaya Minangkabau dan “alam takambang jadi guru”.

Museum Tari Ery Mefri selain untuk mengabadikan perjalanan sejarah dan rekam jejak Ery Mefri dalam berkarya selama 40 tahun per I November 2023, juga bisa jadi sumber informasi yang relatif lengkap tentang proses riset, berkarya, latihan,dan pertunjukan tari karya Ery Mefri-- seorang maestro tari/koreografer kontemporer yang sudah sangat dikenal di Tanah Air dan di dunia. 

  

 Ery Mefri.

Ery Mefri lahir di Saniangbaka, nagari elok di pinggir Danau Singkarak, Kabupaten Solok, 23 Juni 1958. Koreografi pertamanya adalah Nan Jombang, 40 tahun lalu dan sejak itulah Nan Jombang Dance Company dikenal hingga saat ini.

Peresmian Museum Tari Ery Mefri ini sekalian menandakan dimulainya acara Peringatan 40 Tahun Ery Mefri Berkarya sekaligus HUT ke-40 Nan Jombang Dance Company yang ia dirikan pada 1 November 1983.

Banyak dari karya-karya Ery Mefri yang menjadi masterpiece yang menginspirasi seniman-seniman saat ini di dalam berkarya.

Dalam sambutannya, Angga Djamar, selaku manajer dan penari Nan Jombang Dance Company, yang juga Direktur KABA Festival, Festival Nan Jombang, dan West Sumatera Performing Arts Market (WSPAM) dengan sabak menyampaikan sejarah Nan Jombang Dance Company, hingga pecapaiannya setelah 40 tahun berkarya dengan suka dan dukanya.

Suhendri, Khairul Jasmi, Novrizon, dan Yurnaldi. (Foto Indra Sakti Nauli)



Pengunjung di Ladang Tari Nan Jombang saat peresmian museum Tari Ery Mefri.(Foto Isa Kurniawan)

“Cinta lah yang bisa membuat Nan Jombang Dance Company seperti sekarang ini,” ujar Angga Djamar dengan mata berair karena haru. “Museum ini kita dedikasikan khususnya untuk generasi muda. Isinya belum sempurna, tapi kita akan mencoba melengkapinya,” imbuh Angga.

Kemudian Rieka Nur Asy Syam, Program Officer Bakti Budaya Djarum Foundation, mengapresiasi sejarah panjang Nan Jombang Dance Company sampai tahun ke-40 yang penuh dinamika dan pengorbanan.

 “Tidak banyak pencapaian yang sampai ke-40 tahun. Dan kita dari Bakti Budaya Djarum Foundation akan tetap mendukung Nan Jombang Dance Company di dalam berkarya,” tuturnya.

Sementara itu, Silvia Devi, dari Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah III Provinsi Sumbar, yang ikut hadir bersama undangan lainnya, berharap Ery Mefri terus bergerak dan berproses. “Bagaimana merintis dengan gaya Ery Mefri. Dimana pandangannya terhadap seni tidak akan pernah berakhir,” kata Silvia.

Lanjutnya, Nan Jombang Dance Company harus terus maju di dalam berkesenian, dan menjadi wadah bagi generasi muda agar bisa mencapai kesuksesan di kancah nasional maupun internasional, seperti Ery Mefri.

Museum Tari Ery Mefri, kata Silvia lagi, diiharapkan bisa menjadi sumber informasi, tempat diskusi bertukar pikiran dalam memajukan seni, bagi generasi muda, pelaku dan peminat seni, serta masyarakat secara umum.

  

Syarifuddin Arifin 

Sebelum pengguntingan janur tanda peresmian Museum Tari Ery Mefri, acara didahului dengan pertunjukan monolog oleh Boyke Sulaiman dengan judul “Sindao“, yang membuat hadirin banyak tertawa dengan penampilannya yang apik.

Kemudian pembacaan puisi dari penyair Indonesia asal Sumbar di antaranya; Rizal Tanjung, “Catetan tahun 1946” karya Khairil Awar; Dadang Leona, “Kami muak dan bosan” karya Taufiq Ismail; Fauzul El Nurca, “Ini negriku” karya Fauzul El Nurca; Zamzami Ismail, “Negeri haha hihi” karya Mustafa Bisri; Syafiruddin Arifin, “Gunung yang angkuh” karya Syafiruddin Arifin; Andria Catri Tamsin, “Wajah Kita” karya Hamid Djabar dan Armeynd Sufhasril, “Palestina Muda”.

  

Fauzul El Nurca baca puisi. 

Di sela-sela acara, ada juga beberapa seniman lukis yang asyik membuat lukisan, dengan diiringi penampilan grup musik tradisional Parewa Limo Suku, yang membuat acara menjadi khidmat dan meriah dengan musik dan lagu-lagu tradisional Minang yang menyentuh, sambil menikmati kopi dari Kubik Cafe.

Turut hadir dalam acara peresmian Museum Tari Ery Mefri tersebut seniman dan tokoh-tokoh Sumbar, di antaranya; Khairul Jasmi, Shofwan Karim, Nofrizon, Hermawan, Indra Sakti Nauli, Yurnaldi, Indra Utama dan dari tokoh masyarakat Mentawai, Kristinus Basir Sagoilok, serta puluhan mahasiswa yang memakai baju kebesaran kampusnya.

  

 Armeynd Sufhasril

Pada malam hari seusai peresmian Museum Tari Ery Mefri, juga digelar pemutaran video tentang 40 tahun Ery Mefri berkarya (bagian pertama), peluncuran buku Salam Tubuh pada Bumi, yang ditulis Hendra Makmur, dan penampilan karya tari terbaru Ery Mefri berjudul Salam Tubuh pada Bumi. 


 Tari Salam Tubuh pada Bumi, karya Ery Mefri (Foto Yurnaldi)

Penonton yang memadati Gedung Pertunjukan Menti Menuik sangat antusias menyaksikan karya tari terbaru tersebut. Tahun 2024 dan tahun 2025 tari bertajuk Salam Tubuh pada Bumi akan dipentaskan di luar negri.(YURNALDI)


 

Lebih baru Lebih lama

نموذج الاتصال